Etnomatematika sering dilihat dalam penerapan budaya
lokal di lingkup masyarakat. Di
dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1996: 149),
disebutkan bahwa budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang
kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia,
seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan
dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu dll).
Kebudayaan
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan kesatuan
utuh dan menyeluruh yang berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan
merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap inidividu dalam masyarakat.
Pendidikan dan budaya juga memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan nilai luhur bangsa yang berdampak pada pembentukan karakter yang
didasarkan pada nilai budaya yang luhur.
Salah satu yang dapat menjembatani antara
budaya dan pendidikan adalah etnomatematika. Etnomatematika adalah matematika
yang diterapkan oleh kelompok budaya tertentu,kelompok buruh/petani, anak-anak
dari masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas profesional, dan lain sebagainya
(Gerdes, 1994).Jika ditinjau dari sudutpandang riset maka etnomatematika
didefinisikan sebagai antropologi budaya (cultural anropology of
mathematics) dari
matematika dan pendidikan matematika.
Berbagai budaya yang tersebar di seluruh daerah di
Indonesia memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
etnomatematika untuk pendidikan di sekolah. Contohnya saja, seperti daerah
Pemalang yang memiliki peninggalan budaya berupa “Tugu Peringatan Penembakan
Kyai Makmur”, dimana bentuk fisik dari tugu itu sendiri dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran materi geometri yang terlihat jelas pada bangunan tugu yang
berbentuk kerucut. Namun, etnomatematika tidak sebatas hanya dilihat dari
bentuk fisik peninggalan budaya daerah tertentu, melainkan juga dapat dilihat
dari aspek sosial budaya masyarakatnya, cerita sejarah, ataupun pusat-pusat
peradaban yang ada di daerah tersebut.
Diambil dari pendapat Prof. Dr. Marsigit, bahwa
etnomatematika dapat ditemukan di tempat-tempat peradaban daerah atau wilayah
tertentu, tempat dimana pusat kekuasaan kerajaan pada zaman dahulu. Seperti di
Indonesia, terdapat tempat-tempat peninggalan sejarah kerajaan hindu, budha,
maupun islam. Agama Buddha masuk dari India ke Indonesia hampir bersamaan
dengan masuknya agama Hindu. Agama Hindu berkembang setelah agama Budha. Namun
persebaran agama Hindu lebih cepat daripada persebaran agama Budha. Hal ini
terbukti dari lebih banyaknya kerajaan Hindu daripada kerajaan Buddha di
Indonesia. Sementara pusat-pusat kerajaan Budha hanya terdapat di Sumatera dan
beberapa daerah di Jawa. Kerajaan hindu yang tersebar di Indonesia yaitu
kerajaan Kutai, Kediri, Majapahit, Singasari, Mataram Hindu, dan Tarumanegara. Sedangkan
kerajaan Budha yaitu kerajaan Kalinga, Sriwijaya, dan Mataram Budha. Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai
dengan abad ke-16. Timbulnya
kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut
dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab,India, Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan
tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu
di Sumatera, Jawa, Maluku, Kalimantan
dan Sulawesi.
Selain dilihat dari pusat peradaban di
Indonesia, etnomatematika juga dapat dilihat dari sisi letak Indonesia yang
strategis yaitu terletak antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera
(Hindia dan Pasifik). Dari letak yang strategis itu, membuat masyarakatnya
harus mampu berfikir dalam perspektif global. Perspektif adalah cara pandang
atau cara berpikir seseorang tentang suatu obyek. Perspektif global adalah
suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau
kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau
internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk
kepentingan global. Dengan kata lain, perspektif global adalah suatu pandangan
yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan
global yang lebih luas.
Dalam cara berpikir, seseorang harus
berpikir global, dan dalam bertindak dapat secara lokal (think globally and act
locally). Maka dari itu, pendidik atau guru memerlukan suatu pendekatan yang
akan menolong siswa untuk mengarahkannya kepada kehidupan yang kompleks dan
menjauhi pengertian yang sempit tentang ruang, ras, agama, suku, sejarah dan
kebudayaaan. Istilah-istilah dan pemahaman yang sempit seperti kesukuan,
kedaerahan, barat-timur, putih-hitam, dapat memunculkan benih-benih konflik
sehingga memunculkan pertentangan dunia.
Cara berfikir dalam perspektif global ini
dapat dikaitkan dengan etnomatematika. Mengapa? Seperti yang kita ketahui, pengertian
global meliputi cakupan yang sangat luas dan mendunia, persilangan antar budaya
yang sangat dari berbagai negara dapat memberikan pengaruh yang besar bagi
suatu negara baik dalam dunia pendidikan, sosial, maupun politik. Dipandang
dari dunia pendidikan, pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses
pendidikan yang dirancang untuk mempersediakan anak didik dengan kemampuan
dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat
kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antar bangsa yang sangat
tinggi. Pendidikan harus mengaitkan proses pendidikan yang berlangsung di
sekolah dengan nilai-nilai yang selalu berubah di masyarakat global. Dengan
demikian, sekolah harus memiliki orientasi nilai, di mana masyarakat tersebut
harus selalu dikaji dalam kaitannya dengan masyarakat dunia. Nilai-nilai ini
merupakan bagian dari etnomatematika yang dapat diterapkan untuk matematika
sekolah.
Untuk mengkaji nilai yang ada, perlu
pengetahuan yang baik agar dapat membedakan mana nilai budaya yang positif dan
negatif, karena tidak semua nilai budaya dari luar dapat diambil begitu saja
tanpa adanya proses penyaringan yang tepat. Karena nilai budaya yang akan
diterapkan harus sesuai dengan budaya lokal (budaya nasional) yang selalu kita
junjung. Maka dari itu, untuk menghadapi pengaruh globalisasi semangat kesatuan
dari NKRI harus ditegakkan secara utuh agar tidak tenggelam dalam lautan
globalisasi yang bebas. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Marsigit, untuk
memahami pengaruh globalisasi ini kita harus mampu berfikir positif, harus
mampu memahami secara benar dengan maknanya (pemahaman yang bermakna), sehingga
Indonesia tidak hanya terpengaruh tetapi juga dapat memberikan pengaruh bagi
negara di belahan benua Asia maupun Australia. Perspektif yang positif ini
sangat perlu ditingkatkan, karena dengan perspektif positif kita dapat berfikir
secara luas dan kedepan. Sedangkan perspektif negatif hanya akan membuat kita
semakin sempit dan terbatas dalam berfikir.
Daftar Pustaka :