Selasa, 23 Februari 2016

Peran Etnomatematika dalam Pembelajaran : Aplikasi Matematika pada Kebudayaan Jawa



Indonesia, sebuah negara kepulauan yang dinaungi beraneka ragam budaya. Setiap daerah di seluruh Nusantara mempunyai budaya masing-masing, tak terkecuali kota-kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah yang sebagian besar masyarakatnya masih kental akan adat-istiadat yang diwarisi dari nenek moyang.
Seperti yang kita ketahui, budaya masyarakat di lingkungan sekitar akan memberi pengaruh terhadap perkembangan peran etnomatematika dalam pembelajaran. Etnomatematika dapat memberikan muatan dan menjembatani antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal dengan matematika sekolah.
Di daerah Jawa Tengah terdapat budaya yang dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai contoh penerapan etnomatematika. Dimana budaya-budaya tersebut mengandung unsur-unsur matematika, sebagai contoh yaitu budaya menghitung weton menurut adat Jawa yang perhitungannya mengggunakan moodulo 9. Perhitungan weton biasanya digunakan untuk menghitung kecocokan dalam hal perjodohan, mencari tanggal pernikahan, ataupun mencari tanggal untuk melaksanakan hajatan lainnya. Perhitungan weton ini dihitung berdasarkan tanggal lahir (hari kelahirannya) dalam hitungan tanggal Jawa.
Tidak hanya itu, berbagai permainan tradisional Jawa seperti, Gobak Sodor dan Engklek, juga memuat unsur-unsur matematika yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk matematika sekolah. Permainan Gobak Sodor adalah suatu permainan yang terdiri dari sekitar 6-8 orang yang dibagi menjadi 2 tim (tim jaga dan tim gerak), tim jaga berguna untuk menjaga daerahnya agak tidak diterobos oleh tim gerak. Sedangkan Engklek adalah suatu permainan yang dimainkan dengan menggunakan deklek (dapat berupa pecahan genting, batu, dan lain-lain) yang dilempar pada setiap kotak, kemudian pemain bergerak melompati kotak yang dijatuhi deklek. Konsep matematika yang terdapat pada permainan Gobak Sodor dan Engklek yaitu konsep  geometri, seperti bangun datar, garis lurus, pergeseran (translasi), simetri, dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari bentuk area permainan dan tata cara memainkannya.
Bentuk aktivitas masyarakat Jawa lainnya yang bernuansa matematika, seperti pemakaian bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari (menghitung angka 1-10 dengan bahasa Jawa untuk memperkenalkan bilangan atau angka, siji-loro-telu-papat-lima-enem-pitu-wolu-sanga-sepuluh), simbol-simbol tertulis (huruf atau aksara Jawa, contohnya menuliskan angka dengan aksara Jawa), gambar dan benda-benda fisik (barang-barang tradisional, contohnya rumah joglo yang memuat konsep geometri).
Berbagai kebudayaan ini merupakan contoh kecil dari peran etnomatematika dalam pembelajaran di sekolah. Masih banyak kebudayaan Jawa yang dapat dikaitkan dengan pembelajaran matematika dan masih banyak hal yang bisa dipelajari dengan memanfaatkan budaya yang ada. Etnomatematika bisa mengubah persepsi siswa tentang matematika yang abstrak menjadi matematika yang kontekstual.

Daftar Pustaka :
Kasmaja DS, Hadi. 2015. Kompasiana : Ethnomathematics (Matematika dalam Perspektif budaya)”.http://www.kompasiana.com/hadi_dsaktyala/ethnomathematics-matematika-dalam-perspektif-budaya_551f62a4a333118940b659fd (diakses pada 23 Februari 2016)

2 komentar: