Indonesia, sebuah negara kepulauan yang dinaungi
beraneka ragam budaya. Setiap daerah di seluruh Nusantara mempunyai budaya
masing-masing, tak terkecuali kota-kota
yang terletak di provinsi Jawa Tengah yang sebagian besar masyarakatnya masih
kental akan adat-istiadat yang diwarisi dari nenek moyang.
Seperti yang kita ketahui, budaya masyarakat di lingkungan
sekitar akan memberi pengaruh terhadap perkembangan peran etnomatematika dalam
pembelajaran. Etnomatematika dapat memberikan
muatan dan menjembatani antara
matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal dengan
matematika sekolah.
Di daerah Jawa
Tengah terdapat budaya yang dapat diambil dan
dimanfaatkan sebagai contoh penerapan etnomatematika. Dimana budaya-budaya tersebut mengandung unsur-unsur matematika, sebagai contoh yaitu
budaya menghitung weton menurut adat Jawa yang perhitungannya mengggunakan
moodulo 9. Perhitungan weton biasanya digunakan untuk menghitung kecocokan
dalam hal perjodohan, mencari tanggal pernikahan, ataupun mencari tanggal untuk
melaksanakan hajatan lainnya. Perhitungan weton ini dihitung berdasarkan tanggal
lahir (hari kelahirannya) dalam hitungan tanggal Jawa.
Tidak hanya itu, berbagai permainan tradisional Jawa
seperti, Gobak Sodor dan Engklek, juga memuat unsur-unsur
matematika yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk matematika
sekolah. Permainan Gobak Sodor adalah
suatu permainan yang terdiri dari sekitar 6-8 orang yang dibagi menjadi 2 tim
(tim jaga dan tim gerak), tim jaga berguna untuk menjaga daerahnya agak tidak
diterobos oleh tim gerak. Sedangkan Engklek
adalah suatu permainan yang dimainkan dengan menggunakan deklek (dapat berupa pecahan genting, batu, dan lain-lain) yang
dilempar pada setiap kotak, kemudian pemain bergerak melompati kotak yang
dijatuhi deklek. Konsep matematika
yang terdapat pada permainan Gobak Sodor dan
Engklek yaitu konsep geometri, seperti bangun datar, garis lurus,
pergeseran (translasi), simetri, dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari
bentuk area permainan dan tata cara memainkannya.
Bentuk aktivitas masyarakat Jawa lainnya yang bernuansa
matematika, seperti pemakaian bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari (menghitung
angka 1-10 dengan bahasa Jawa untuk memperkenalkan bilangan atau angka, siji-loro-telu-papat-lima-enem-pitu-wolu-sanga-sepuluh),
simbol-simbol tertulis (huruf atau aksara Jawa, contohnya menuliskan angka
dengan aksara Jawa), gambar dan benda-benda fisik (barang-barang tradisional,
contohnya rumah joglo yang memuat konsep geometri).
Berbagai kebudayaan ini merupakan contoh kecil dari peran
etnomatematika dalam pembelajaran di sekolah. Masih banyak kebudayaan Jawa yang
dapat dikaitkan dengan pembelajaran matematika dan masih banyak hal yang bisa
dipelajari dengan memanfaatkan budaya yang ada. Etnomatematika bisa mengubah persepsi
siswa tentang matematika yang abstrak menjadi matematika yang kontekstual.
Daftar Pustaka
:
Kasmaja DS, Hadi. 2015. Kompasiana : “Ethnomathematics
(Matematika dalam Perspektif budaya)”.http://www.kompasiana.com/hadi_dsaktyala/ethnomathematics-matematika-dalam-perspektif-budaya_551f62a4a333118940b659fd (diakses pada
23 Februari 2016)
Terima Kasih
BalasHapuskunjungi juga blog ku di blogeulum.blogspot.co.id
Sip
BalasHapus